Demi mempermudah perjalanan, untuk kelayapan kali ini kami menggunakan buku Claudia Kaunang sebagai guide. yang berjudul “2 jt Keliling Thailand, Malaisya dan Singapura”. Kuakui buku ini sangat baik untuk dijadikan travel book guide karena lumayan detail dan mudah dipahami, mulai dari tempat-tempat wisata, referensi makanan dan tempat tinggal. Namun untuk harga, buku ini tidak bisa di jadikan patokan sama sekali. buku ini dicetak tahun 2011 dan kami berangkat tahun 2013, maka dari itu hampir semua harga di buku itu tidak sesuai. Keadaan ini membuat kami shock berat.
“Penumpang yang terhormat, sekarang kita sudah melewati garis batas perairan negara republik indonesia dan dalam waktu 30 menit kita akan sampai di bandara Don Muang Bangkok”. Mendengar informasi dari Pramugari itu aku sadar bahwa aku sudah berada di luar negri walaupun kulihat orand di sekelilingku biasa saja, he...
Sama seperti di maskapai penerbangan lain, setelah memberi snack untuk penumpang, mereka kembali mendorong troli barang yang muat di sela-sela kursi pesawat. Ya, tidak lain dan tidak bukan untuk jualan barang-barang. Namun ada yang berbeda, setiap penumpang diberikan kartu imigrasi yang berbahasa inggris dan bahasa thailand. Informasi yang diminta cukup detail. selain data diri diminta pula informasi lainnya seperti tempat tinggal kita tinggal selama di bangkok, berapa lama di Bangkok dan lain-lain. Maka dari itu ada baiknya membawa pena kemana-mana, ribetkan pinjam-pinjam pena di pesawat.
Perlahan kuarahkan kepalaku ke jendela pesawat, ku lihat deretan rumah beriring rapi dengan bentuk yang berbeda-da, kalah jauh lah dari Padang, namanya juga ibu kota. Perlahan pesawat air asia yang ku naiki turun, terbang rendah di langit bangkok dan mendarat.....
teriknya panas matahari menyengat kulitku ketika pertama kali kulangkahkan kali ke bumi Thailand, kulirik jam Smartphone ku yang sinyalnya terlihat, jam menunjukkan pukul 14.23, karena tidak ada perbedaan waktu antara indonesia bagian barat dengan thailand maka aku tidak perlu menyetel jam di smartphoneku.
Kami mendarat di bandara don Muang, bandaranya cukup besar namun banyak petunjuk yang menuntun kita ke luar dari bandara, bahasa yang dipakai adalah bahasa Thail dan inggris. Sesuai informasi yang kami dapat dari internet, ternyata bandara kedatangan maskapai penerbangan air asia baru di pindah dari bandara suvarnabumi. Keluar dari pesawat, kami langsung masuk ke dalam bandara, udaranya langsung berubah menjadi sejuk karena AC. kami mengikuti arah petunjuk dan tibalah kami di kantror imigrasi. Satu persatu penumpang yang baru tiba menyerahkan kartu imigrasi yang diterima di pesawat kepada petugas imigrasi, mereka bertanya seputar apa yang kita lalukan di thailand, berapa lama dan dimana kita tinggal dan proses yang terakhir photo potret wajah. Kami sempat bingung menuliskan dimana kami akan tinggal karena pada sampai saat ini kamu belum mem-booking hotel atau guest house yang akan kami tuju, terpaksalah kami isi asal-asalan (namun sesuai dengan di buku panduan) dan untungnya petugas itu tak menanyakan lebih detail lg.
Sebelum keluar dari bandara aku menyempatkan untuk menukarkan uang bath-ku ke pecahan yang lebih kecil di money changer yang ada di bandara. Keluar dari bandara kami mencari-cari taksi yang akan mengantarkan kami ke khaosan Road. Sebenarnya ada banyak taksi di depan bandara tapi anehnya tidak ada supirnya. Setelah lirik kanan dan lirik kiri ternyata supir-supir taksi sudah antri menunggu memo dari mandor yang duduk di meja. Jadi penumpang tinggal menuliskan tujuannya di secarik kertas dan menyerahkannya kepada mandor dengan antrian yang tidak panjang. setelah kita memberikan memo ke mandor, maka supir taksinya langsung mengarahkan kita ke taksinya dan langsung berangkat. metode pemesanan taksi seperti ini sebenarnya sangat baik diterapkan di indonesia. Di indonesia para supir taksi berebutan mengambil penumpang dan harganya juga bervariasi, jadi yang dibutuhkan adalah kemampuan menawar.
KHAOSAN ROAD
“ok” kata supir.
Khaosan road merupakan sebuah jalan yang ada di tengah kota bangkok dimana banyak hotel penginapan-penginapan, restoran dan bisnis penyedia jasa baik kelas bawah dan kelas langit. Hampir semua pengelana, backpacker ataupun flashpacker berkumpul di jalan ini. Maka dari itu seluruh pengelana dari semua ras bisa kita jumpai di tempat ini.
Kami tidak banyak bicara Selama perjalanan dari bandara ke khaosan road, karenena terkendala bahasa, pak supurnya paham apa yang kami tanyakan tapi kami tak paham apa yang di jawab. He....bahasa inggris bapak itu terdengar seperti plentang plentong.....susah amat memahaminya. Argo taksi yang kami naiki terus bertambah dan sekitar 1 setengah jam menyusuri jalan Bangkok akhirnya kami tiba di khaosan Road, jalannya tidak terlalu lebar tapi penuh sesak oleh pejala kaki. Ruko-ruko yang berjejer di ruas kanan dan kiri jalan mengingatkaku dengan daerah “kampuang cino” (kampung cina) yang ada di sumatra barat namun bergaya agak modern. Kutatapi satu persatu tulisan-tulisan roko yang sama sekali tidak kupahami.
“Kita nginap dimana fahri?” tanya jefri.
“Udah...kita cari aja sepanjang jalan ini” jawabku.
Satu persatu motel dan guest house yang ada dalam list kami temukan dan anehnya harganya tidak sesuai dengan buku panduan kami (buku Claudia Kaunang). Mau tidak mau kami harus menginap malam ini, akhirnya kami terus menyusuri jalan khaosan dan tara......kami menemukan Sitdhi guest house di ujung jalan khaosan yang cukup murah dengan harga 250 bath perhari untuk doble bed.
Selesai transaksi kamar, kami meletakkan backpack dan merebahkan badan sejenak kemudian keluar kamar untuk menukarkan uang jefri, di sepanjang jalan khaosan banyak berjejer money changer dari berbagai bank dan dengan harga yang berbeda jadi kita harus pandai-pandai mencari namun tidak ada yang semurah di Indonesia.
Malam harinya, kami menyempatkan melalak di sepanjang jalan khaosan. Disana bayak yang menjual makanan yang biasa maupun luar biasa, karena belum makan malam, akhirnya kami memutuskan untuk membeli kabab dan pisang bakar, rasaya......nyami....agak berbeda dengan kabab dan pisang bakar di Indonesia, rasanya lebih lemak tapi tidak buat enek. Selain makanan itu ada juga yang menjual makanan aneh seperti kalajengking, belatung dan cacing yang sudah di goreng, anda mau memakannya? Silahkan....he...
Pulang kelayapan dari khaosan road, kaki terasa pegal, engselnya serasa mau copot, maklum lah karena khaosan road cukup panjang. di kamar Kulihat itenery yang sudah kami susun dan kegiatan besok adalah kelayapan/ wisata budaya. Ya, mengujungi beberapa wat yang terkenal di bangkok. And see you tomorrow.
menggunakan bus merupakan pilihan yang tepat untuk penlacong dengan budged murah |
gang di Sudut Khaosan road (wild orchid villa, tempat menginap claudia caunang) |
0 comments:
Post a Comment